Untuk
Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Ujian Mid Semester
Metode Studi Islam
Tugas II
Dosen
pembimbing : Mohammad Al Farabi, M.Ag
Disusun
Oleh
:
Nama
: Ika Putri Hernia Tanjug
Nim
: 31131124
Sem/jur
: IV/PAI-IV
UNIVERSITAS
AGAMA ISLAM NEGERI MEDAN
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
JURUSAN
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
2015-2016
TUGAS II
1.
Di
tengah perkembangan dunia kontemporer dewasa ini, pemahaman dan penghayatan
terhadap islam di kalangan umat islam Indonesia masih cenderung sinkretik,
tarik menarik antara nilai-nilai luhur islam dengan budaya lokal, sehingga
dalam menyikapi ajaran islam umat muslim
dapat di kategorikan ke dalam empat golongan, yakni tradisionalis,modernis, revivalis-fundamentalis,
dan transformatif. Tugas anda: Jelaskan pandangan masing-masing golongan
tersebut dalam memahami ajaran islam di tengah perkembangan dunia dewasa ini !
Jawaban :
Golongan Pemikiran Tradisionalis
Pemikiran tradisionalis percaya bahwa kemunduran umat islam adalah ketentuan
dan rencana tuhan. Kemunduran dan keterbelakangan umat islam dinilai
sebagai “ujian” atas keimanan.
Akar teologis pemikiran tradisionalis bersandar pada aliran Ahli Al – Sunnah Wa
Aljama’ah, terutama aliran
‘Asy’ariyah, yang merujuk kepada aliran jabariyah mengenai predeterminisme (
takdir ), yakni manusia harus menerima ketentuan rencana Tuhan yang telah
dibentuk sebelumnya.
Cara berfikir tradisionalis tidak hanya terdapat dikalangan muslim di pedesaan
atau yang diidentikkan dengan NU, tapi sesungguhnya terdapat di berbagai
organisasi dan berbagai tempat.
Golongan Pemikiran
Modernis
Dalam pandangan masyarakat barat, modernisme mengandung arti pikiran,
aliran, gerakan, dan usaha untuk mengubah paham – paham dan institusi –
institusi lama untuk disesuaikan dengan suasana baru yang ditimbulkan oleh
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh karena itu, modern ( modernis,
pelaku ) lebih mengacu pada dorongan untuk melakukan perubahan karena paham – paham
dan institusi – institusi lama dinilai “tidak relevan”.
Kaum modernis percaya bahwa
keterbelakangan umat islam lebih banyak disebabkan oleh kesalahan sikap mental,
budaya, atau teologi mereka.
Asumsi kaum
modernis adalah keterbelakangan umat islam karena mereka melakukan sakralisasi
terhadap semua bidang kehidupan.
Modernis ini
adalah budaya lokl berdasarkan pemikiran yang sesuai zaman, atau kelompok yang
berupaya melakukan perubahan ,intitusi-instusi yang lain yang tidak relevan ,
pada modernis ini membuat pembaharuan yang baru kepada yang lebih dinamis
,pikiran,aliran yang disesuaikan,dan paham institusi dengan kemampuan
teknologi ,yang sudah berkembang dan
menjadi modernis .
Golongan Pemikiran Revivalis
Fundamentalis
Revivalis menjelaskan faktor dalam dan faktor luar sebagai dasar analisis
kemunduran umat islam. Umat islam terbelakang dalam pandangan aliran pemikiran
ini karena mereka lebih banyak menggunakan ideologi bukan islam sebagai pijakan
daripada menggunakan Al – Qur’an sebagai acuan dasar. Mereka menolak
kapitalisme dan globalisasi karena berakar dari faham liberalisme, dan dalam
paham ini revivalis (islam anjuran dan budaya ) ,fundamental ( islam radikal )
, pada sisi pemikiran nila-nilai sunnah dengan pemahaman yang baik tidak bisa
memiliki islam sbg doktrin .dan melakukan perubahan, yng menyimpang secara
keras .
Golongan Pemikiran
Transformatif
Gagasan transformatif merupakan alternatif ketiga dari respon umat islam
saat ini. Para pengagas transformatif percaya bahwa keterbelakangan umat islam
disebabkan olehketidakadilan system dan struktur ekonomi, politik dan kultur.
Oleh karena itu mereka berupaya untuk melakukan transformasi struktur melalui
penciptaan relasi yang secara fundamental baru yang lebih dalam bidang ekonomi,
politik, dan kultur. Keadilan menjadi prinsip fundamental bagi penganut
transformatif. Islam dipandang sebagai agama pembebasan dari penindasan serta
mentransformasi system eksploitasi menjadi system adil.
Arah pemikiran islam ini pada
masa depan :
a.
Terbuka namun selektif terhadap
perkembangan
b.
Tidak sekterian
c.
Bersinergi pada perkembangan
zaman
d.
Kontribusi memanfaatkan berbagai
sumber dari luar dan dalam untuk pemikiran yang relevan , luas dan berkembang
manfaat tidak kaku, bisa beradaptasi
Islam tidak membuka peluang perkembangan zaman memberi kontribusi di masa
islam . pemikiran yang terkukung statis berfikir , untuk kemaslahatan umat,
tidak berpandang bahwa dasar etnis, sebagai perkembangan zaman , untuk
nila-nilai islam .
2.
Clifford
Geertz adalah seorang peneliti bidang antropologi agama untuk lingkungan
masyarakat Jawa di Mojokuto pada tahun 50-an. Beliau di kenal sebagai
peneliti yang menggunakan model Grounded
Research. Jelaskan cirri-ciri umum model
penelitian ini, dan berikan argumentasi anda mengapa oleh sebagian kalangan
model penelitian Geertz tersebut di katakan penelitian yang sukar dan berat!
Jawaban :
Metode Grounded Research
Adalah metode penelitian yang
berdasarkan kepada fakta dan menggunakan analisis perbandingan.
Tujuan : Untuk mengadakan
generalisasi empiris, menetapkan konsep konsep, membuktikan, dan mengembangkan
teori.
Ciri Ciri Grounded Research
- Data sebagai sumber teori
dan sumber hipotesis
- Dasar analisisnya adalah
sifat-sifat yang ditemukan.
- Pengumpulan data dan
analisis data berjalan pada waktu yang bersamaan
Sebagaimana
jenis penelitian kualitatif lainnya, grounded research juga berangkat
dari kasus yang unik, berskala mikro, berlatar alami, dengan tujuan akhir
untuk menghasilkan teori (generating theory) berdasarkan data, bukan
untuk membuktikan teori (verifying theory). Karena itu, jika
peneliti kualitatif yang di akhir penelitiannya menyatakan bahwa teori
yang dihasilkan sesuai atau tidak sesuai dengan teori tertentu tentu tidak
tepat. Dengan menyatakan sesuai atau tidak sesuai dengan teori X, misalnya,
maka tanpa disadari peneliti telah melakukan verifikasi atau pembuktian teori.
Padahal, pembuktian teori merupakan tujuan akhir penelitian kuantitatif
yang didahului dengan perumusan hipotesis. Karena itu, hipotesis mutlak
diperlukan dalam penelitian kuantitatif.
Kembali ke
permasalahan di atas. Penelitian jenis ini (grounded) dikembangkan pada tahun
1967 oleh Barney G. Glaser dan Anselm L. Strauss dengan diterbitkannya buku
berjudul The Discovery of Grounded Theory. Tetapi di Indonesia mulai
dikenal sekitar tahun 1970. Kehadirannya menghebohkan para ahli
penelitian kualitatif sebelumnya yang selalu berangkat dari teori untuk
menghasilkan teori baru. Teori dipakai sebagai alat untuk memahami gejala atau fenomena
hingga data yang diperoleh. Asumsinya, tanpa teori sebagai sebuah perspektif,
peneliti tidak akan mampu memahami gejala untuk memperoleh makna (meaning),
sehingga bisa jadi gejala yang penting pun untuk menjawab masalah
penelitian terlewatkan begitu saja karena peneliti memiliki
kelemahan atau kekurangan wawasan mengenai tema yang diteliti, baik
secara teoretik atau yang disebut sebagai perspektif teoretik maupun wawasan
empirik yang diperoleh dari pelacakan studi atau penelitian sebelumnya. Karena
itu, perspektif teoretik dan wawasan empirik (studi terdahulu) biasanya
dimuat pada Bab II yang berisi tentang Kajian Pustaka yang dalam bahasa
Inggrisnya biasanya ditulis “Review of the Related Literature”. .
Penelitian
model grounded menawarkan pendekatan yang berbeda dari jenis penelitian
kualitatif yang lain, seperti fenomenologi, etnografi, etnometodologi, dan
studi kasus. Grounded research tidak berangkat dari teori untuk
menghasilkan teori baru (from a theory to generate a new theory), melainkan
berupaya menemukan teori berdasar data empirik, bukan membangun teori secara
deduktif logis. Teori yang dihasilkan lewat kerja yang sistematik dan
sistemik itu disebut grounded theory, dan model
penelitiannya disebut grounded research.
Penelitian model
grounded ini berkembang sangat pesat beberapa tahun terakhir ini, baik
dari sisi kuantitas maupun bidang studi yang menggunakannya, dari yang
semula di bidang sosiologi saja sekarang sudah berkembang ke bidang-bidang
lain, seperti pendidikan, ekonomi, antropologi, psikologi, bahasa, komunikasi,
politik, sejarah, agama dan sebagainya.Perkembangan penelitian model grounded
yang begitu pesat bisa dipahami karena sejalan dengan hakikat dan tujuan
penelitian kualitatif, di mana peneliti harus menghindarkan diri dari upaya
memverifikasi teori.
Menurut Glaser
dan Strauss sebagai penggagasnya, dengan membawa teori atau perspektif
sebelumnya untuk memahami fenomena atau bahkan data mau tidak mau peneliti
tentu terjebak pada upaya memverifikasi teori. Misalnya, seorang mahasiswa
Program Magister Studi Agama mengajukan penelitian dengan judul penelitian
“Persepsi Santri terhadap Pola Kepemimpinan Kyai dalam Perspektif
Interaksionisme Simbolik”, maka tidak bisa tidak peneliti akan melihat pola
kepemimpinan kyai sebagai subjek penelitian dari sudut pandang teori
Interaksionisme Simbolik. Pada akhirnya, tidak bisa dihindari pula peneliti
akan melihat apakah pola kepemimpinan kyai sesuai dengan teori
Interaksionisme Simbolik. Ini yang dihindari oleh grounded research.
Karena itu, grounded
research melepaskan teori dan peneliti langsung terjun ke lapangan untuk
mengumpulkan data. Dengan kata lain, peneliti model grounded bergerak
dari data menuju konsep. Data yang telah diperoleh dianalisis menjadi
fakta, dan dari fakta diinterpretasi menjadi konsep. Jadi prosesnya adalah data
menjadi fakta, dan fakta menjadi konsep.
Bagi .peneliti grounded,
dan semua peneliti kualitatif pada umumnya, data selalu dianggap benar,
walau bukan yang sebenarnya, dan karena itu untuk mengetahui atau
menjadikan data menjadi data yang sebenarnya ada proses keabsahan data yang
disebut triangulasi data. Karena itu, triangulasi wajib dilakukan untuk
memperoleh data yang kredibel. Kredibilitas data sangat menentukan kualitas
hasil penelitian.
Dengan tanpa
membawa kerangka teoretik atau sebuah konsep, maka diharapkan peneliti
dapat memotret fenomena dengan jernih tanpa harus memaksakan data empirik
untuk menyesuaikan diri dengan konsep teoretik. Atau dengan kata-kata lain,
istilah “kepala kosong” artinya adalah peneliti melepaskan sikap,
pandangan, keberpihakkan pada teori tertentu Sebab, keberpihakkan semacam itu
dikhawatirkan kegagalan peneliti menangkap fenomena atau data yang diperoleh
secara jernih karena sudah dipengaruhi oleh pandangen sebuah teori yang
dibawa.Namun demikian, peneliti grounded tetap wajib memiliki wawasan
teoretik mengenai tema yang diteliti, termasuk mengkaji hasil-hasil penelitian
terdahulu. Sebab, bagaiamana seorang peneliti bisa memahami gejala atau
fenomena yang terjadi tanpa memiliki wawasan teoretik mengenai fenomena
tersebut. Karena itu, membaca teori atau konsep terkait dengan permasalahan
penelitian tetap dilakukan oleh peneliti grounded.